Sabtu, 03 September 2016

laporan praktikum teknik hipofisasi di BBI Bantimurung Maros

LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNOLOGI PEMBENIHAN
( Teknik Hipofisasi )



OLEH :
Muh. Risal RG
STK 49020








BUDIDAYA PERAIRAN
SEKOLAH TINGGI TEHKNLOGI KELAUTAN
(STITEK) BALIK DIWA MAKASSAR
2011

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Swt, karena atas Rahmat-Nya laporan ini dapat diselesaikan. Laporan ini kami susun berdasarkan hasil praktikum di BBI air Tawar Bantimurung serta hasil studi / penelusuran literatur dari internet bertujuan sebagai pelengkap tugas mata kuliah kami.
Penyusunan laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas Mata Kuliah “Teknologi Pembenihan”, yang membahas tentang teknik hipofisasi. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut  membantu dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.


Makassar, 7 November  2011
Penyusun


Penulis





DAFTAR ISI
SAMPUL.............................................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................... 2
1.4 Manfaat Makalah......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 3
2.1 Hipofisa......................................................................................................... 3
2.2 Ovaprim......................................................................................................... 3
2.3 Biologi Ikan Mas.......................................................................................... 4
BAB III METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat...................................................................................... 9
3.2 Alat dan Bahan............................................................................................ 9
3.3 Prosedur Kerja............................................................................................. 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan....................................................................................... 11
4.2 Pembahasan................................................................................................ 16
BAB V PENUTUP
5.1Kesimpulan................................................................................................... 18
5.2 Saran............................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Perkembangan produksi budidaya air tawar di Indonesia ini sangat pesat. Perkembangan ini terjadi pada ikan produksi, ikan konsumsi dan ikan hias. Diantara komoditas ikan tersebut salah satunya adalah ikan mas (Cyprinus carpio). Peningkatan produksinya pada tahun 2005 – 2007 mencapai kisaran 15 % pertahunnya (MAI, 2008). Peningkatan produksi ini erat kaitannya dengan produksi benih ikan air tawar itu sendiri. Namun demikian, produksi ikan memiliki kendala tersendiri dalam pemenuhan permintaannya. Diantaranya yaitu pemijahan induk yang tergantung musim dan kualitas telur yang tidak menentu. Solusi yang dilakukan saat ini yaitu dengan melakukan pemijahan buatan induce breeding yang menggunakan ransangan hormonal pada stadia induk.
Stadia induk adalah ikan yang memiliki kemampuan untuk bereproduksi. Dalam stadia ini gonad ikan betina sudah dapat meproduksi telur dan ikan jantan sudah dapat memproduksi sperma. Gonad sebagai organ reproduksi ikan merupakan salah satu dari 3 komponen yang terlibat dalam reproduksi ikan, selain sinyal lingkungan dan sistem hormon. Dalam proses pematangan gonad, sinyal lingkungan yang diterima oleh sistem saraf pusat ikan itu akan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin realizing hormone) yang selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Hipotalamus dan hipofisa terletak di otak belakang ikan. Hal ini menyebabkan hipofisa melepasakan hormon Goadotropin-I yang berkerja pada gonad. Akibat kerja hormon gonadotropin-I tersebut, gonad dapat mensintesis testoteron dan estradiol-β. Estradiol-β selanjutnya akan merangsang hati mensintesis vitologenin yang merupakan bakal dari kuning telur. Vitologenein tersebut kemudian dibawa oleh aliran darah menuju gonad dan secara selektif akan diserap oleh Oosit. Akibat menyerap vitologenin, oosit tumbuh membesar sampai kemudian berhenti apabila mencapai ukuran maksimum (pada ikan mas, ukuran oosit adalah 900-1000 mikron meter). Setelah mencapai ukuran tersebut, telur tidak mengalami perubahan apapun. Pada kondisi ini dikatakan bahwa telur telah berada pada fase Dorman atau istirahat dan menunggu sinyal lingkungan lagi untuk dikeluarkan dari tubuh induk dalam proses pemijahan.
Lingkungan tempat hidup ikan bisa menghasilkan sinyal yang kemudian diterima oleh sistem saraf pusat dan diteruskan ke hipotalamus. Akibatnya, hipotalamus ini melepaskan hormon GnRH. Hormon ini selanjutnya bekerja pada kelenjar hipofisa. Akibatnya, hipofisa ini menyekresikan hormon Gondotropin –II yang bekrja pada gonad. Akibat hormon gonadotropin-II, goanad menyintesis hormon steroid pemicu pematangan (naturation inducing steroid) yang menyebabkan inti telur mengalami migrasi dan peleburan, lalu dilanjutkan dengan proses ovulasi. Ovulasi adalah proses keluarnya telur dari tubuh induk. Telur yang dikeluarkan pada proses ovulasi tersebut telah mencapai kamatangan fisiologis dan siap dibuahi oleh sperma.
Perangsangan pemijahan ikan secara hormonal dilakukan dengan menyuntikan hormon tertentu kedalam ke tubuh ikan. Hormon tersebut masuk ke dalam sistem sirkulasi darah ikan dan ketika mencapai organ target (Gonad) langsung berkerja dan mempengaruhi organ tersebut. Dengan demikian, perangsangan pemijahan secara hormonal ini merupakan upaya by pass cara kerja hormon dalam sistem reproduksi ikan. Perangsangan pemijahan ikan secara hormonal ini sanagat bermanfaat untuk :
1.    memijahkan ikan yang sistem saraf pusatnya sulit dipengaruhi oleh sinyal lingkungan atau kalaupun bisa pembangkitan sinyal lingkungan tersebut sulit dan mahal serta belum diketahuinya sinyal lingkungan yang bisa mempengaruhi sistem saraf pusat ikan tersebut.
2.    memijahkan ikan diluar musim pemijahannya (out season), terutama pada ikan yang mengenal musim pemijahan tertentu.
Hormon untuk merangsang pemijahan antara lain golongan gonadotropin. LHRH-a, dan steroid. Gonadotropin adalah hormon berbahan baku protein yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa. Hormon ini memanipulasi gonad sehingga bisa matang dan berovulasi. Hormon gonadotropin bisa berbentuk ekstrak kelenjar hipofisa ikan dan gonadotropin mamalia (seprti HCG = Human chorionic gonadotropin; LH = luteinizing hormon; FSH = follicle stimulating hormon; dan PMSG = pregnant mare serum gonadotropin). Penggunaan hormon gonadotropin bisaanya merupakan kombinasi antara ekstrak kelenjar hipofisa ikan dan gonadotropin mamalia.
LHRH (luteinizing hormon releasing hormon) adalah hormon dari golongan protein yang dihasilkan oleh hipotalamus. Hormon ini molekulnya sagat kecil dibandingkan dengan hormon golongan lainnya, yakni terdiri dari 10 asam amino (dekapeptida). LHRH sebanarnya sama persis dengan GnRH. Karena LHRH waktu paruhnya pendek sehingga mudah terurai dari dalam tubuh maka para ahli menciptakan LHRH sintesis yang lebih tahan. LHRH jenis ini sering dikenal dengan LHRH-analog (LHRH-a). jika hormon yang digunakan adalah LHRH, berarti manipulasi yang dilakukan berada pada tingkat hipofisa.
Disebagian besar masyarakat belum mengetahui akan kegunaan dari hormone ovaprim dan hipofisa. Masyarakat menengah kebawah, umumnya sering menggunakan pemijahan secara alami dan menunggu waktu atau musim ikan memijah. Sebetulnya, dengan menggunakan rangsangan hormone dalam tubuh ikan, pemijahan dapat dilakukan kapan saja asalkan gonad dalam tubuh ikan sudah mengalami pematangan. Tapi dalam penggunaan kedua hormone tersebut ada perbedaan pengaruh terhadap telur yang dihasilkan
1.2   Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam laporan ini adalah bagaimana pengaruh pemberian ransangan hormonal dengan penyuntikan ovaprim terhadap induk ikan mas ( Cyprinus carpio).
1.3  Tujuan
laporan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ransangan hormonal dengan penyuntikan ovaprim terhadap induk ikan mas ( Cyprinus carpio).
1.4   Kegunaan
Dapat menggambarkan kepada pembudidaya ikan tentang manfaat dan teknik pemberian ransangan hormonal dengan ovaprim terhadap induk ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hipofisa
Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur).
Kelenjar hipofisa ini terletak disebelah bawah bagian depan otak besar (dienchephala) sehingga jika bagian otak ini diangkat maka kelenjar ini akan tertinggal. Dengan demikian, untuk mengambil kelenjar hipofisa maka tulang tengkorak harus di angkat terlebih dahulu.
Kelenjar hipofisa terdiri dari 4 bagian yang memiliki masing-masing memiliki nama yang berbeda. Adapun urutan-urutan bagian dari kelenjar hipofisa ini dari dpan kebelakang adalah Pars tubelaris, pars anterior, pars intermedius dan neurophysis.
Pars anterior mempunyai peranan penting bagi pembiakan karena menghasilkan hormon gonadotropin yang bekerja terhadap gonad. Bagian inilah yang sebenarnya memgang peranan penting dalam melaksanakan pemijahan. Dalam hormon gonadotropin yang mampu merangsang pembiakan afalah follicle stimulating hormon (FSH-like Hormon) dan luteineizing hormon (LH-like hormon).
FSH bekerja untuk merangsang perkembangan gonad hingga matang kelamin karena terjadi perubahan manjadi sel telur. LH bertugas untuk meransang ovulasi, yaitu kelurnya telur dari polikel telur kemudian masuk kedalam saluran telur dan keluar dari lubang urogenital.
Hipofisa mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya. Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas hipofisa. Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa sesuai bisa menentukan berapa banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan akivitas kelenjar target.
Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa tidak semuanya dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian periode aktif dan tidak aktif.
Kelebihan dari hormon hipofisa adalah hormon ini bisa disimpan dalam waktu lama sampai dua tahun. Penggunaan hormon ini juga relatif mudah (hanya membutuhkan sedikit alat dan bahan), tidak membutuhkan refrigenerator dalam penyimpanan, dosis dapat diperkirakan berdasar berat tubuh donor dan resepien, adanya kemungkinan terdapat hormon hormon lain yang memiliki sifat sinergik.
Kekurangan dari teknik hipofisasi adalah adanya kemungkinan terjadi reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan terutama jika donor hipofisa berasal dari ikan yang berbeda jenis, adanya kemungkinan penularan penyakit, adanya hormon hormon lain yang mungkin akan merubah atau malah menghilangkan pengaruh hormon gonadotropin.
2.2  Ovaprim
Ovaprim adalah merek dagang bagi hormone analog yang mengandung 20µg analog salmon gonadotropin releasing hormone (s GnRH) LHRH dan 10µg domperidone sejenis anti dopamin, per milliliter (Nandeesha et al, 1990). Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II.
Kegunaan Ovaprim antara lain :
a.    menekan musim pemijahan
b.    mengatur kematangan gonad selama musim pemijahan normal
c.    merangsang produksi sperma pada jantan untuk periode waktu yang lama dan volume yang lebih banyak.
d.    Merangsang pematangan gonad sebelum musim pemijahan
e.    Memaksimalkan potensi reproduksi
f.     Mempertahankan materi genetic pada beberapa ikan yang terancam punah
g.    Mempersingkat periode pemijahan.

2.1  Ikan Mas
Ikan mas ( chyprinus carpio) merupakan salah satu jenis ikan komsumsi air tawar yang memiliki habitat asli meliputi sungi berarus tenang sampai sedang dan diarea dangkal danau. Ikan mas berkembang biak dengan bertelur, masa kawinnya pada daerah tropis pada saat awal musim hujan. Ikan mas betina biasanya bertelur didekat tumbuhan yang ada pada perairan yang dangkal dan ditembus oleh sinar matahari, telur-telur tersebut kemudian menempel paa dedaunan.
Ikan mas adalah salah satu jenis ikan donor hipofisa yang banyak digunakan dalam pemijahan buatan karena kelenjar ikan mas bersifat universal . artinya kelenjar hipofisa ikan mas bisa didonor pada ikan yang spesiesnya sama ataupun ikan yang resepiennya beda dengan ikan donor.

BAB III
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada hari sabtu, 15 Oktober 2011, bertempat di Balai Benih Ikan (BBI) Air Tawar Bantimurung, Kab. Maros.
2.2 Alat dan Bahan

a.    Wadah dan Alat
Wadah yang digunakan untuk pemijahan adalah waring hijau 2 buah ukuran 2 x 3 x 1 m3 dan memasukkan 6 buah substrak sebagai tempat menempelnya telur.  Bak fiber ukuran 2 x 0,5 x 1 meter sebagai wadah atau tempat penetasan telur.
Alat yang digunakan dalam proses pemijahan hingga penyuntikan hormon pada induk yaitu: Penyaring induk, Timbangan biasa, Baskom, Pisau, Talenan, Pingset, Alu penggerus, Alat sentrifugs, dan Jarum injeksi (3 cm).

b.    Bahan
Bahan yang digunakan ialah hipofisa dari Ikan donor ( ikan mas), Ovaprim, Ikan resepiens ( ikan mas) 2 pasang, dan Aquabides.

2.3 Metode
Dalam pelaksanaanya ada beberapa metode yang dilakukan. Diantaranya adalah :
a.    Pengambilan kelenjar hipofisa
Pengambilan kelenjar hipofisa biasa dilakukan pada ikan donor yang spesiesnya memakai ikan Mas sebagai donornya. Hal ini disebabkan kelenjar ikan mas bersifat universal.
 Ada beberapa langkah pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan, dantaranya sebagai berikut :
1)    Timbang ikan donor sesuai dengan dosis. Sebagai contoh, jika berat induk betina 5 kg (2 ekor), dengan dosis penyuntikan 2 dosis, maka ikan donor yang harus disiapkan adalah sebanyak 10 kg.
2)    Potong ikan donor secara vertikal pada bagian belakang tutup insang.
3)    Letakkan potongan kepala ikan donor dengan posisi mulut keatas, lalu potong lagi secara vertikal di atas mata di bawah hidung. Otak akan terlihat diselimuti lendir atau lemak.
4)    Angkat otak ikan dan buang lendirnya dengan kapas atau tisue. Setelah bersih akan tampak butiran putih seperti beras dalam lekukan tulang, itulah kelenjar hypopisa.
5)    Ambil kelenjar hypopisa dengan pinset, lalu letakan pada alu penggerus. Lakukan berulang-ulang hingga kelenjar hypopisa dari setiap ikan donor habis. Setelah itu, hancurkan hypopisa dalam gelas penggerus sampai halus.
6)    Masukan 1 - 1,5 ml aquabides ke dalam gelas penggerus dan aduk hingga merata. Agar lebih larut, putar dengan sentrifugal atau pemusing.
7)    Sedot larutan hypopisa dengan alat suntik bervolume. Kemudian disuntikkan ke punggung ikan mas letaknya 3 sisik dari atas dan 5 sisik dari tutup insang.
8)    Hormone ovaprim dapat diperoleh dibalai-balai produksi ikan. Karena hormone ini dibuat oleh pabrik yang menggunakan SNI dari pemerintah. Ovraprim biasanya dibuat dari campuran ekstra kelenjar hipofisa dan hormone mamalia. Penyuntikan dilakukan pada pasangan induk kedua.




BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Manipulasi hormon untuk kegiatan pemijahan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, salah satunya yaitu pendekatan hipofisa. Induk yang matang gonad tersebut disuntik dengan hormon kelenjar hipofisa atau hormon perangsang lainnya, seperti ovaprim. Walaupun kedua jenis hormonal tersebut sama sama mampu merangsang induk dalam melakukan pemijahan, kedua jenis hormone tersebut masing masing memilki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur).
Ovaprim digunakan sebagai agen perangsang bagi ikan untuk memijah, kandungan sGnRHa akan menstimulus pituatari untuk mensekresikan GtH I dan GtH II. Sedangkan anti dopamin menghambat hipotalamus dalam mensekresi dopamin yang memerintahkan pituatari menghentikan sekresi GtH I dan GtH II.
Penyuntikan yang dilakukan dengan menggunakan hormonal yaitu  ovaprim dan hipofisa dalam pemijahan merupakan salah satu upaya untuk memperbanyak keturunan pada ikan. Beberapa perbedaan pengaruh antara pemakaian hormon hipofisa dengan horman ovaprim.
Pada penelitian ini diberikan dua perlakuan yaitu pada perlakuan pertama untuk pasangan induk ikan yang pertama dengan penyuntikan hormone ovaprim dan pada perlakuan kedua dengan penyuntikan hormone hipofysa dari ikan donor terhadap pasangan induk ikan yang kedua.
Secara umum perbedaan yang sangat terlihat yaitu dilihat dari perbedaan tingkah laku. pada penggunaan hormone Hipofisa, ikan relative diam pada saat setelah dilakukannya penyuntikan hal ini karena adanya kandungan ekstrak yang terbawa dari kelenjar hipofisa yang masuk dalam otot ikan yang menyebabkan ikan terasa kaku. Perlu diingat juga bahwa penyuntikan dengan menggunakan hormone hipofisa memungkinkan terjadinya reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan yang nantinya ikan akan terkena infeksi. Akan tetapi, hasil yang diperoleh dari penelitian yaitu perlakuan dengan hipofisa belum terjadi ransangan terhadap induk ikan itu karena ada sedikit kesalahan pada saat dilakukan penyuntikan hipofisa, mungkin karena posisi suntik, atau letak penyuntikan pada tubuh ikan yang kurang tepat sehingga menghambat reaksi hormone tersebut .
Pada penyuntikan  hormone ovaprim pada induk ikan mas terlihat reaksinya lebih cepat, pada saat penyuntikan pada sore hari dan reaksi sudah mulai terlihat sebelum tengah malam. Hal itu karena hormone ovaprim yang dihasilkan dari hormon ikan dan mamalia ini diproses / dibuat oleh pabrik yang sesuai dengan SNI untuk pemijahan ikan.



BAB V
PENUTUP

5.1 kesimpulan

Perbedaan yang sangat terlihat yaitu dilihat dari perbedaan tingkah laku,pada penggunaan hormone Hipofisa ikan relative diam pada saat setelah dilakukannya penyuntikan hal ini karena adanya kandungan ekstrak yang terbawa dari kelenjar hipofisa yang masuk dalam otot ikan yang menyebabkan ikan terasa kaku. Perlu diingat juga bahwa penyuntikan dengan menggunakan hormone hipofisa memungkinkan terjadinya reaksi imunitas (penolakan) dari dalam tubuh ikan yang nantinya ikan akan terkena infeksi.
Pada penyuntikan  hormone ovaprim pada induk ikan mas terlihat reaksinya lebih cepat, pada saat penyuntikan pada sore hari dan reaksi sudah mulai terlihat sebelum tengah malam. Hal itu karena hormone ovaprim yang dihasilkan dari hormon ikan dan mamalia ini diproses / dibuat oleh pabrik yang sesuai dengan SNI untuk pemijahan ikan.

5.2 saran
Pada saat melakukan pemijahan atau penyuntikan pada induk ikan kita perlu lebih teliti agar hasil yang diperoleh sesuai harapan. Saran saya dalam pembuatan laporan berikutnya, sebaiknya referensi anda pakai lebih banyak agar mempermudah anda dalam pembuatan laporan anda.


DAFTAR PUSTAKA

Mukhlas, 2009. Hipofisa dan ovaprim. Aquakultur. (online), (http://mukhlas
muthiullah.blogspot.com/2009/03/hipofisa-dan-ovaprim.html), diakses 6 oktober 2011.

Poberson,N.,Ramadhania,R. 2011. Budidaya perikanan ikan mas
(Cyprinus carpio). (online), ( http://pobersonaibaho.wordpress. com/2011/03/25/lapora-praktikum-biologi-ikan-mas-tkg-ikg-fekunditas/.), diakses 7 november 2011.

Sudarwanto,Y. 2010. HIPOFISASI. Fisiologi Reproduksi Biota Air. (online), 
(http://sijulius-perikanan.blogspot.com/), diakses 3 november 2011.

makalah pembenihan dan pembesaran ikan nila



 KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah Swt, karena atas Rahmat-Nya makalah  ini dapat diselesaikan. Makalah ini kami susun berdasarkan hasil studi / penelusuran literatur dari internet bertujuan sebagai pelengkap tugas mata kuliah kami.
Penyusunan makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas Mata Kuliah “Teknologi Pembenihan”, yang membahas tentang pembenihan dan pembesaran ikan nila ( Oreochromis niloticus ). Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang turut  membantu dalam penyusunan laporan ini hingga selesai.


…………..,      Maret  2016



Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Rumusan.................................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................  2
BAB II DESKRIPSI BUDIDAYA IKAN NILA
2.1  Biologi ikan nila......................................................................................... 3
2.1.1 Klasifikasi dan morfologi.................................................................. 3
2.1.2 Jenis-jenis ikan nila.......................................................................... 4
2.2  Teknik budidaya........................................................................................ 5
2.2.1 Tahapan operasional pembenihan................................................... 5
2.2.2 Persyaratan lokasi............................................................................ 6
2.2.3 Pengadaan induk.............................................................................. 8
2.2.4 Pemeliharaan induk / pematangan gonad........................................ 8
2.2.5 Pemijahan....................................................................................... 10
2.2.6 Penanganan telur............................................................................ 12
2.2.7 Perawatan larva.............................................................................. 13
2.2.8 Pembesaran.................................................................................... 16
2.3  Penyediaan pakan................................................................................... 18
2.4  Penanganan dan penanggulangan penyakit........................................... 20
2.5  Panen dan pemasaran............................................................................. 25
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 27
3.2 Saran.......................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa abad yang lalu. Sebagai bahan pangan ikan mengandung zat gizi utama berupa protein, lemak, vitamin dan mineral. Penanganan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Salah satu faktor yang menentukan nilai jual ikan dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya, mutunya, tahan lama, dan tidak cepat membusuk (Junianto, 2003).
 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio) dalam produksi budi daya air tawar di Indonesia. Menurut Suyanto (2003), ikan nila hidup di perairan tawar seperti sungai, danau, waduk dan rawa. Ikan nila dapat hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan  dangkal dengan kisaran kadar garam 0-35 permil.. Suhu optimal untuk ikan nila yakni berkisar 25-300C.
Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila ada di berbagai benua. Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila ada di berbagai benua.
Bibit Nila didatangkan ke Indonesia secara resmi oleh Balai Peneliti perikanan Air Tawar (Balitkanwar) dari Taiwan pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini kemudian disebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia. Nila adalah nama khas Indonesia yang diberikan oleh pemerintah melalui Direktur Jenderal Perikanan. Pada tahun 1980-1990, Nila Merah diintrodusir masuk dari Taiwan dan Filipina oleh Perusahaan Aquafarm. Pada tahun 1994, Balitkanwar kembali mengintroduksi Nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) strai G3 dari Filipina dan Nila Citralada dari Thailand. Secara genetic Nila GIFT telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lebih tinggi dibandinggkan dengan jenis ikan Nila lain. Tahun 2000, salah satu perusahaan swasta nasional, CP Prima mengintrodusir Nila Merah NIFI dan Nila GET dan Filipina tahun 2001. Pada tahun 2002, BBAT Jambi memasukan Nila JICA dari Jepang dan Nila Merah Citralada dari Thailand.

1.2 Rumusan masalah
Rumusan masalah yaitu bagaimana cara pemeliharaan serta teknik membudidayakan ikan nila yang benar.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini dilakukan ialah:
1.    untuk mengenal dan mempelajari teknik-teknik dalam melakukan pembudidayaan ikan nila .
2.    Dapat dijadikan motivasi untuk dapat mencoba dan mengembangkan pembudidayaan ikan nila tersebut agar hasil produksinya menjadi lebih baik dan maksimal. 
BAB II
DESKRIPSI BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)
2.1  Biologi Ikan nila
2.1.1     Klasifikasi
Secara umum klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2013), adalah sebagai berikut :
Filum              : Chordata
Sub Filum     : Vetebrata
Kelas              : Osteichthyes
Sub Kelas     : Acanthopterigii
Ordo               : Percomorphy
Sub Ordo       : Percoidea
Famili             : Cichilidae
Genus                        : Oreochromis
Spesies          : Oreochromis niloticus

2.1.2     Morfologi
                                                                                  
Awalnya, ikan nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari golongan tilapia yang tidak mengerami telur dan larva didalam mulut induknya. Dalam perkembangannya, para pakar perikanan menggolongkan ikan nila kedalam jenis sarotherdonniloticus atau kelompok ikan tilapia yang mengerami telur dan larvanya didalam mulut jantan dan betinanya. 
Para pakar perikanan kemudian memutuskan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp.  Nama Nilotika menunjukkan tempat ikan ini berasal, yakni sungai Nil di Benua Afrika.  Berdasarkan morfologinya, kelompok ikan Oreochromis ini memang berbeda dengan kelompok tilapia.  Secara umum, bentuk tubuh Ikan Nila panjang tepinya berwarna putih. Gurat sisi (Linea literalis) terputus dibagian tengah badan kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi jumlahnya 34 buah.  Sirip punggung berwarna hitam dan sirip dadanya juga tampak hitam. Bagian pinggir sirip dadanya juga tampak hitam.  Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam (Khairuman dan Khairul, 2003).

2.2  Teknik Budidaya
2.2.1     Tahapan operasional pembenihan
1)    Pemilihan lokasi
2)    Pengadaan induk
3)    Pemeliharaan induk / pematangan gonad
4)    Pemijahan
5)    Penanganan telur
6)    Perawatan larva
7)    Penyediaan pakan
8)    Penanganan dan penanggulangan penyakit
9)    Panen

2.2.2     Persyaratan lokasi
1)    Persyara dan lokasi yang baik untuk budidaya ikan lele adalah sebagai berikut:
  1. Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang/dinding kolam.
  2. Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisar antara 3-5% untuk memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
  3. Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500 m dpl).
  4. Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan minyak/limbah pabrik. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan ikan. Lain halnya bila kekeruhan air disebabkan oleh adanya plankton. Air yang kaya plankton dapat berwarna hijau kekuningan dan hijau kecokelatan karena banyak mengandung Diatomae. Sedangkan plankton/alga biru kurang baik untuk pertumbuhan ikan. Tingkat kecerahan air karena plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan alat yang disebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka kecerahan yang baik antara 20-35 cm.
  5. Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/ha. Kondisi perairan tenang dan bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
  6. Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5. Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
  7. Suhu air yang optimal berkisar antara 25-30o C.
  8. Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.
2)    Proses pengolahan lahan
·         Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
a.    Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
b.    Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
c.    Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
d.    Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami ikan nila.
·         Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
a.    Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
b.    Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama.

2.2.3     Pengadaan induk
Ciri-ciri induk bibit nila yang unggul adalah sebagai berikut:
a.    Mampu memproduksi benih dalam jumlah yang besar dengan kwalitas yang tinggi.
b.    Pertumbuhannya sangat cepat.
c.    Sangat responsif terhadap makanan buatan yang diberikan.
d.    Resisten terhadap serangan hama, parasit dan penyakit.
e.    Dapat hidup dan tumbuh baik pada lingkungan perairan yang relatif buruk.
f.     Ukuran induk yang baik untuk dipijahkan yaitu 120-180 gram lebih per ekor dan berumur sekitar 4-5 bulan.
Adapun ciri-ciri untuk membedakan induk jantan dan induk betina adalah sebagai berikut:
a) Betina
·         Terdapat 3 buah lubang pada urogenetial yaitu: dubur, lubang pengeluaran telur dan lubang urine.
·         Ujung sirip berwarna kemerah-merahan pucat tidak jelas.
·         Warna perut lebih putih.
·         Warna dagu putih.
·         Jika perut distriping tidak mengeluarkan cairan.
b) Jantan
·         Pada alat urogenetial terdapat 2 buah lubang yaitu: anus dan lubang sperma merangkap lubang urine.
·         Ujung sirip berwarna kemerah-merahan terang dan jelas.
·         Warna perut lebih gelap/kehitam-hitaman.
·         Warna dagu kehitam-hitaman dan kemerah-merahan.
·         Jika perut distriping mengeluarkan cairan.

2.2.4     Pemeliharaan induk / pematangan gonad
a.    Ciri-ciri induk nila siap memijah
calon induk terlihat mulai berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk dipijahkan.
b.     Perawatan induk nila:
·         Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan nila diberi makanan yang berkadar protein tinggi seperti makanan buatan (pellet).
·         Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan
·         jumlah 5-10% dari berat total ikan.
·         Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bias dipindahkan apabila anak-anak nila sudah berumur 2 minggu.
·         Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit untuk segera diobati.
·         Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu deras, cukup 5-6 liter/menit.






Gambar 2. Membedakan Jenis Kelamin nila

2.2.5     Pemijahan
a.    Teknik pemijahan
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan nila.
Pemijahan ikan nila yang biasa dilakukan dilakukan dalam dua cara yaitu cara alami dan cara kawin suntik. Cara alami dilakukan dengan mengawinkan pasangan ikan lele jantan dan betina pada kolam pemijahan selanjutnya lele akan memijah dengan sendirinya. Ikan lele yang sudah siap memijah atau pernah dipijahkan biasasanya bisa dikawinkan dengan cara alami.
 










Gambar 1. Kelenjar Hipofisa Ikan


Pemijahan dengan kawin suntik dilakukan dengan menyuntikkan kelenjar hipofisa ikan donor yang dicampur dengan cairan air murni. Ikan donor bisa diambilan dari ikan nila konsumsi, ikan lele maupun ikan mas, sedangkan letak kelenjar hipofisa berada di daerah otak ikan.
Kelenjar hipofisa adalah kelenjar yang menghasilkan berbagai hormon, antara hormon yang berkerja terhadap kelenjar kelamin jantan (testes) Maupun kelenjar kelamin betina (kantong telur).
b.    Pengambilan kelenjar hipofisa
Pengambilan kelenjar hipofisa biasa dilakukan pada ikan donor yang spesiesnya memakai ikan Mas sebagai donornya. Hal ini disebabkan kelenjar ikan mas bersifat universal.
 Ada beberapa langkah pengambilan kelenjar hipofisa pada ikan, dantaranya sebagai berikut :
1)    Timbang ikan donor sesuai dengan dosis. Sebagai contoh, jika berat induk betina 5 kg (2 ekor), dengan dosis penyuntikan 2 dosis, maka ikan donor yang harus disiapkan adalah sebanyak 10 kg.
2)    Potong ikan donor secara vertikal pada bagian belakang tutup insang.
3)    Letakkan potongan kepala ikan donor dengan posisi mulut keatas, lalu potong lagi secara vertikal di atas mata di bawah hidung. Otak akan terlihat diselimuti lendir atau lemak.
4)    Angkat otak ikan dan buang lendirnya dengan kapas atau tisue. Setelah bersih akan tampak butiran putih seperti beras dalam lekukan tulang, itulah kelenjar hypopisa.
5)    Ambil kelenjar hypopisa dengan pinset, lalu letakan pada alu penggerus. Lakukan berulang-ulang hingga kelenjar hypopisa dari setiap ikan donor habis. Setelah itu, hancurkan hypopisa dalam gelas penggerus sampai halus.
6)    Masukan 1 - 1,5 ml aquabides ke dalam gelas penggerus dan aduk hingga merata. Agar lebih larut, putar dengan sentrifugal atau pemusing.
7)    Sedot larutan hypopisa dengan alat suntik bervolume. Kemudian disuntikkan ke punggung ikan mas letaknya 3 sisik dari atas dan 5 sisik dari tutup insang.
8)    Penyuntikan dilakukan pada pasangan induk kedua.

c.    Langkah-langkah Memijahkan ikan nila
1.    Siapkan indukan yang siap memijah (matang Gonad).
Ikan nila matang gonad bisa dilihat dari bagian bawah perut ikan, pada nila jantan jika diurut akan keluar cairan putih dan bentuk lebih panjang. Sedangkan pada nila betina bentuk bulat pendek,  jika diurut akan keluar telur . Selain itu nila betina yang siap memijah perut nampak gendut.
2.    Siapkan bak pemijahan.
Bak pemijahan berukuran 2 x 3 x 0.8 meter atau ukuran lain menyesuaikan dengan ukuran indukan yang akan dipijahkan dan situasi. Bak pemijahan bisa menggunakan kolam terpal.
3.    Menyiapkan kakaban
Kakaban merupakan media untuk bertelur ikan lele. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit memakai bambu. Diletakkan di dalam kolam dan diberi pemberat agar tenggelam.
4.    Mengisi bak pemijahan dengan air.
Isi bak pemijahan dengan air bersih dan bening, jangan lupa sebelum diisi air , kolam harus dipastikan bersih dan bebas penyakit. Telur ikan dan burayak sensitif terhadap penyakit dan jamur.
5.    Memasukkan indukan
Indukan dimasukkan pada kolam pemijahan pada sore hari dan akan memijah pada malam hari. Jika dengan penyuntikan sebelum dimasukkan tentu harus disuntik terlebih dahulu. Jangan lupa menutup bak pemijahan dengan kain hafa/jaring untuk menghindari ikan nila melompat.


6.    Mengangkat indukan
Pada pagi hari setelah semua telur menetas, angkat indukan dan pisahkan dari telur. Jika tidak dipisahkan indukan akan memakan telur-telur tersebut. Ganti sebagian air bak dengan air bersih.
2.2.6     Penanganan telur
Untuk penanganannya telur ikan nila biasanya telurnya dilekatkan pada substrat. Telur yang telah menempel pada kakaban dapat ditetaskan dalam wadah budidaya disesuaikan dengan sistem budidaya yang akan diaplikasikan. Selama penetasan telur, air dialirkan terus menerus. Seluruh telur yang akan ditetaskan harus terendam air, kakaban yang penuh dengan telur diletakan terbalik sehingga telur menghadap ke dasar bak. Dengan demikian telur akan terendam air seluruhnya.
Telur yang telah dibuahi berwarna kuning cerah kecoklatan, sedangkan telur yang tidak dibuahi berwarna putih pucat. Di dalam proses penetasan telur diperlukan suplai oksigen yang cukup. Untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen terlarut dalam air, setiap bak penetasan di pasang aerasi. Telur akan menetas tergantung dari suhu air wadah penetasan dan suhu udara. Jika suhu semakin panas, telur akan menetas semakin cepat. Begitu juga sebaliknya, jika suhu rendah, menetasnya semakin lama. (Tucker, et al,2004).
Telur-telur akan menetas menjadi burayak dalam waktu kurng lebih 4 hari kemudian, selama itu telur-telur yang akan menetas berwarna bening sedangkan yang tidak akan menetas berwarna putih. Buang dan ambil telur-telur yang tidak menetas dengan jaring, sedot dengan selang atau cara lain agar tidak mencemari kolam.
 




Gambar 3. Kakaban

2.2.7     Perawatan larva
Telur yang sudah menetas akan menjadi larva, pada perawatan larva ini harus dilakukan pengontrolan dengan baik, hal ini dikarenakan larva ikan sangat rentan terhadap perubahan kualitas air, jika ini terjadi langkah yang harus dilakukan adalah pemasangan kincir atau blower agar oksigen dapat masuk kedalamkolam dan karbon dioksida berkurang dan tidak terjadi persaingan oksigen (Ongkeng, 2012).
            Selama masa pemeliharaan larva, Pakan merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pemeliharaan larva ikan nila karena dapat mempengaruhi pertumbuhan larva Ikan Nila. Benih berumur sehari belum perlu diberi makanan tambahan dari luar karena masih mempunyai cadangan makanan berupa yolk sac atau kuning telur.
            Pakan tambahan di berikan pada larva ikan pada saat berumur 7-10 hari, pakan tambahan dapat berupa pelet yang di haluskan dengan cara di gerus kemudian di saring dengan menggunakan tapisan teh tujuannya agar larva dapat mencerna dengan mudah, Selama pemeliharaan larva ikan nila, pemberian pakan dilakukan 3 kali dalam sehari, yaitu : pagi antara 07.00-08.00 WITA, siang antara 12.00-13.00 WITA dan sore hari antara jam 16.00-17.00 WITA.
2.2.8     Pendederan
Pendederan adalah kegiatan pemeliharaan benih yang dilakukan untuk menghasilkan benih ukuran tertentu yang siap dibesarkan dikolam pembesaran.
1.    Kolam untuk Pendederan
Persiapan kolam pendederan sebagai berikut:

a.    Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 60 cm, panjang 200 cm dan tinggi 50 cm panjang 200 cm, dan tinggi 50 cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin sehingga apabila bergesekan dengan tubuh benih nila tidak akan melukai. Permukaan lantai agak miring menuju pembuangan air kemiringan dibaut 3 cm diantara kedua ujung lantai, dimana yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang paralon dengan diameter 3-5 cm dan panjang 10 m
b.    kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit 2 bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Diantara 2 bingkai, dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5 – 0,7 mm, kemudian dipaku.
c.    Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
d.    Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain. Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur ketinggian pipa plastic.
e.    Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan konstruksi sama dengan yang sebelumnya.

2.    Pemberian Pakan
a.    Hari pertama sampai ketiga, benih nila mendapat makanan dari kantong kuning telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.
b.    Hari keempat samapai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia dan Artemia yang mempunyai protein 60 % Makanan tersebut diberikan dengan dosis 70 % x biomasa setiap hari yang diberi dalam 4 kali pemberian. Makanan ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian pakan zooplankton berakhir. Benih nila harus dikenalkan dengan makanan dalam bentuk tepung yang berkadar protein 50 %. sedikit dari tepung tersebut diberikan kepada benih 10-15 menit sebelum pemberiaan zooplankton. Makanan yang berupa tepung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang, dan sedikit bubur nestum.
c.    Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.
d.    Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32 % x biomasa setiap hari.
-       Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21 % x biomasa setiap hari
-       minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43 % x biomasa setiap hari.
-       Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.

3.    Pemindahan atau pengangkutan benih
Pemindahan atau pengangkutan benih ikan nila ke tempat pemeliharaan pembesaran dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara tertutup dan dengan cara terbuka.
a.    cara tertutup, biasanya dilakukan bila jarak tempat pemeliharaan pembesaran jauh.
·         kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukan sedikit demi sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan O2 dari tabung dimasukan kedalam air sampai volume udara dalam plastik 1/3 -1/4 bagian. Ujung plastik segera diikat rapat.
·         Plastik berisi benih nila dimasukan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah pecah.
b.    Cara terbuka, biasanya dilakukan bila jarak ke tempat pemeliharaan pembesaran tidak terlalu jauh.
·         Benih nila dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan air tidak keruh oleh kotoran nila (untuk pengangkutan lebih dari 5 jam)
·         tempat nila diisi air bersih, kemudian benih dimasukan sedikit demi sedikit jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/ liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti ditempat yang teduh.

2.2.9     Pembesaran
Pembesaran ikan nila merupakan tahap pemeliharaan dari hasil pendederan untuk menghasilkan ikan nila ukuran konsumsi. Ukuran kolam beton tidak terlalu besar dengan konstruksi dinding berukuran kecil dan berbentuk vertikal. Langkah-langkah kegiatan dalam pembesaran nila secara intensif dalam kolam beton antara lain, persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan, pengontrolan, panen dan pasca panen.
1.    Persiapan kolam
Sebelum kolam dipergunakan, kolam harus dibersihkan dari lumpur dan semua kotoran yang menempel pada dinding kolam. Untuk membunuh bibit bakteri dan penyakit yang menempel pada dinding dan dasar kolam dapat disucihamakan dengan cara dikapur selama beberapa hari. Pengisian air dilakukan 1-2 hari sebelum penebaran. Air yang digunakan adalah air sungai yang mengalir ke tiap-tiap kolam. Ketinggian air dalam kolam sekitar 2/3 bagian atau 4/5 bagian dari kedalaman kolam.

2.    Penebaran benih

3.    Pemeliharaan
Pemberian pakan dilakukan mulai hari kedua setelah penebaran, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah makanan yang tidak termakan karena setelah penebaran ikan masih dalam keadaan stress.
Dalam pemberian makanan ikan nila diberikan setiap hari dengan komposisi makanan alami dan juga makanan tambahan. Makanan ikan nila ini bisa terdiri dari dedak, ampas kelapa, pelet dan juga sisa-sisa makanan dapur.
Umumnya pemberian pakan dilakukan dengan ukuran seperti Protein 20-30%; Lemak 70% (maksimal.); dan Karbohidrat 63 - 73%.


4.    Pengontrolan
Pengontrolan terhadap kondisi kolam, pengairan, ikan peliharaan dan keamanan lingkungan perlu dilakukan setiap hari. Kontinuitas aliran air harus diperhatikan agar kualitas air kolam pemeliharaan kolam tetap terjaga terutama oksigen terlarut. Karena kecukupan oksigen akan sangat berpengaruh terhadap nafsu makan ikan peliharaan. Kondisi kesehatan ikan juga harus selalu dikontrol agar bila ada yang terlihat sakit dapat segera ditangani baik dengan pencegahan maupun pengobatan.

5.    Penyakit
Ikan nila pada umumnya dapat diserang oleh penyakit serius yang disebabkan oleh lingkan dan keadaan yang tidak menyenangkan, seperti populasi yang terlalu padat, kekurangan makanan, penanganan yang kuran baik dan sebagainya. Penanggulangan yang paling efektif dilakukan adalah dengan memberikan kondisi yang lebih baik pada kolam ikan tersebut.
Apabila sudah terjadi penyakit yang serius pada sebuah kolam ikan nila, maka semua upaya yang dilakukan akan terlambat dan sia-sia. Penyembuhan dengan memberikan antibiotic atau fungisida ke seluruh kolam memerlukan biaya yang cukup mahal.
Untuk mengatasi hal ini, maka salah satu hal yang paling umum dilakukan adalah melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan dengan melakukan pengobatan, yaitu dengan jalan lain melakukan pengeringan pada kolam dan melakukan penyiapan dari permulaan.


2.2.10  Panen dan Pasca panen
a.    Panen
Masa pemanenan ikan nila sudah dapat dilakukan setelah masa pemeliharaan 4 - 6 bulan. Ikan nila pada usia 4-6 bulan pemeliharaan akan memiliki berat yang bevariasi, yaitu antara 400-600 gram/ekor.
Bila ukuran berat dari masing-masing ikan dirasa belum maksimal, maka pemanenan bisa juga dilakukan dengan sistem bertahap, dimana hanya dipilih ukuran konsumsi (pasar). Pada tahap pertama dengan menggunakan jaring dan setiap bulan berikutnya secara bertahap.
Untuk melakukan pemanenan secara mudah bisa juga dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara total atau sebagian. Bila ikan dipanen secara keseluruhan, maka kolam dikeringkan sama sekali. Akan tetapi apabila akan memanen sekaligus maka hanya sebagian air yang dibuang.
Pemanenan ikan nila dapat dilakukan dengan cara: panen total dan panen sebagian.
1)     Panen total
Panen total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam, hingga ketinggian air tinggal 10 cm. Petak pemanenan/petak penangkapan dibuat seluas 1 m persegi di depan pintu pengeluaran (monnik), sehingga memudahkan dala penangkapan ikan. Pemanenan dilakukan pagi hari saat keadaan tidak panas dengan menggunakan waring atau scoopnet yang halus. Lakukan pemanenan secepatnya dan hati-hati untuk menghindari lukanya ikan.
2)    Panen sebagian atau panen selektif
Panen selektif dilakukan tanpa pengeringan kolam, ikan yang akan dipanen dipilih dengan ukuran tertentu. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan waring yang di atasnya telah ditaburi umpan (dedak). Ikan yang tidak terpilih (biasanya terluka akibat jaring), sebelum dikembalikan ke kolam sebaiknya dipisahkan dan diberi obat dengan larutan malachite green 0,5-1,0 ppm selama 1 jam.

b.    Pascapanen
Penanganan pascapanen ikan nila dapat dilakukan dengan cara penanganan ikan hidup maupun ikan segar.
1)    Penanganan ikan hidup
Adakalanya ikan konsumsi ini akan lebih mahal harganya bila dijual dalam keadaan hidup. Hal yang perlu diperhatikan agar ikan tersebut sampai ke konsumen dalam keadaan hidup, segar dan sehat antara lain:
·         Dalam pengangkutan gunakan air yang bersuhu rendah sekitar 20 0C.
·         Waktu pengangkutan hendaknya pada pagi hari atau sore hari.
·         Jumlah kepadatan ikan dalam alat pengangkutan tidak terlalu padat.
b) Penanganan ikan segar
Ikan segar mas merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:
·         Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan-ikan tidak luka.
·         Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.
·         Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup. Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi kotak maksimum 50 cm.
·         Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu 6-7 0C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm. Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga antara ikan dengan penutup kotak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan setelah benih sampai di tempat tujuan adalah sebagai berikut:
·         Siapkan larutan tetrasiklin 25 ppm dalam waskom (1 kapsul tertasiklin dalam 10 liter air bersih).
·         Buka kantong plastik, tambahkan air bersih yang berasal dari kolam setempat sedikit demi sedikit agar perubahan suhu air dalam kantong plastik terjadi perlahan-lahan.
·         Pindahkan benih ikan ke waskom yang berisi larutan tetrasiklin selama 1-2 menit.
·         Masukan benih ikan ke dalam bak pemberokan. Dalam bak pemberokan benih ikan diberi pakan secukupnya. Selain itu, dilakukan pengobatan dengan tetrasiklin 25 ppm selama 3 hari berturut-turut. Selain tetrsikli dapat juga digunakan obat lain seperti KMNO4 sebanyak 20 ppm atau formalin sebanyak 4% selama 3-5 menit.
·         Setelah 1 minggu dikarantina, tebar benih ikan di kolam budidaya.
  


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Usaha pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) mempunyai prospek yang cukup baikdikembangkan, karena permintaan pasar yang cenderung sangat meningkat dan rasanya yang gurih serta ditunjang pula harganya yang relatif mahal dibandingkan dengan ikan hasil budidaya air tawar lainnya di sekitar Kuala Kapuas.Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) di kolammerupakan salah satu cara budidaya ikan yang mudah dikembangkandi Kabupaten Kapuas karena wilayahnya yang banyak air dan sungaiserta pola budidaya ikan yang mulai digandrungi masyarakat. Jugasebagai alternatif sumber pendapatan dan pemenuhan gizi keluarga.
Makanan bagi Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) juga tidak sulit,karena ia mau menyantap segala jenis makanan alami ataupun buatan(pellet), bahkan diberi dedak halus ataupun ampas tahu ia mau juga.Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) termasuk jenis ikan pemakancampuran (omnivora).Berbeda dengan jenis ikan konsumsi lainnya, Ikan Nila(Oreochormis Niloticus) termasuk golongan pemakan segala ini dapatdi budidayakan (pembesaran) dengan berbagai sistem, antara lain : sistem air deras, keramba, jaring terapung, longyam serta di kolam air tergenang (stagnat water). Oleh karena dibudidayakan dengan banyakcara itulah, maka Ikan Nila (Oreochormis Niloticus) dapat dijadikan alternatif pemilihan usaha.

3.2  Saran
Selama masa pemeliharaan perlu diawasi kemungkinan adanya serangan hama dan penyakit. Cara yang paling aman untuk mengendalikan hama adalah secara fisik menangkap langsung hewanliar/hama tadi atau mencegahnya masuk ke dalam kolam.Sedangkan penyakit ikan dapat dicegah dengan pengapuranyang seimbang untuk mempertahankan kualitas air, serta diupayakan suhu air tidak kurang dari 280C




DAFTAR  PUSTAKA

Achmad. M. R., 2014. Cara budidaya dan produksi ikan nila. http://achrimu21. blogspot.co.id/2014/01/cara-budidaya-dan-produksi-ikan-nila.html. Diakses 2 Maret 2016.
Anonim, 2013. Laporan pembenihan ikan nila. http://infoichal28.blogspot.co. id/2013/11/laporan-perbenihan-ikan-nila-di-balai.html. Diakses 2 Maret 2016
Mukhlas, 2009. Hipofisa dan ovaprim. Aquakultur. (online), (http://mukhlas
muthiullah.blogspot.com/2009/03/hipofisa-dan-ovaprim.html), diakses 6 oktober 2011.
http://www.duniapengetahuan.com/2013/02/cara-budi-daya-ikan-nila-dan keuntungan.html